Dyah ini Zhizuka

Better Education, Better Life

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Artikel Populer

21.000 Orang Tewas Karena Perubahan Iklim
Horizon AR 9169: Letusan Baru Badai Matahari
Menyikapi Kemajuan Teknologi di Era Globalisasi

Artikel Terbaru

Sebelas IPA Dua

Seluruh siswa-sisw XI IPA 2 Bersama dengan sukarelawan pengajar Teknologi Informasi dari Korea.

GHOST, Good Humans Of Science Two

"Hampir" seluruh penghuni kelas XI IPA 2 Bersama dengan Boss-nya saat acara sepeda santai dalam rangka ultah SMAN 1 Pacitan.

Pantai Klayar

Pantai berpasir putih ini memiliki keistimewaan di antara celah karang dan deburan ombak yang melambai yang bisa berbunyi seperti seruling laut . Memiliki pasir putih dan air berwarna biru yang menyenangkan untuk dikunjungi dan di nikmati.

Goa Gong

MENDATANGI kota kelahiran presiden SBY belum lengkap tanpa berkunjung obyek wisata eksotis yang pantas Anda masukkan ke dalam daftar jalan-jalan Anda. Salah satunya adalah obyek wisata Goa Gong.

Pantai Srau

Ketika anda berlibur ke Pacitan dan menginginkan menikmati Pantai dengan pasir putihnya dan hiasan berupa kerang dan benda laut lainnya, jawabannya adalah pantai Srau.


Pacitan seringkali disebut – sebut beberapa kali sebagai ibukota prasejarah dunia, sering disebutkan dengan budaya pacitanian. Pacitan disebut demikian karena penemuan situs – situs manusia purba banyak ditemukan disini, di Pacitan. Dan salah satu museum Goa tempat keberadaan manusia purba adalah Goa Song Terus. Song terus berada di Kecamatan Punung, 45 menit arah barat dari jantung Kota Pacitan. Kebanyakan situs berupa goa-goa, yang berada di balik deretan Gunung Seribu. Sedikit informasi, Gunung Seribu adalah pegunungan panjang yang melintasi daerah selatan antara Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, tepatnya melintasi Kabupaten Gunungkidul, Pracimantoro, dan Pacitan.

Tepatnya di wilayah Kali Baksooka, Desa Mendolo Lor, Punung, para ahli sejarah menemukan situs purbakala. Situs ini kemudian terkenal di dunia arkeologi karena menjadi rujukan salah satu kebudayaan Paleolitik Bawah. Para arkeolog menyebutnya sebagai kebudayaan Pacitanian, dengan perkakas khasnya kapak genggam. Termasyurnya nama Pacitan, mengundang berbagai arkeolog lain. Dari situlah, satu per satu,situs prasejarah ditemukan.

Bukti-bukti tentang keberadaan Song Terus, yang pernah dipakai sebagai ajang kegiatan dan tempat hunian manusia masa lalu, telah dibuktikan melalui berbagai temuan hasil penggalian arkeologis secara sistematis sejak tahun 1994 sampai sekarang. Berbagai macam temuan yang dihasilkan sudah mencapai hitungan puluhan ribu sejak dalam penelitian dekade 5 tahun belakangan ini. Secara nyata,Song Terus telah memberikan andil yang sangat besar dalam peranannya sebagai salah satu sumber data sejarah pada masa lalu di Pacitan pada khususnya dan Pegunungan Sewu pada umumnya. Jejak-jejak tinggalan budaya berupa industri alat batu, seperti: alat-alat masif dan serpih-bilah, alat-alat tulang, dan cangkang kerang serta berbagai macam temuan sisa fauna dan manusia yang terdapat di sini telahmemberikan petunjuk dan mengisyaratkan adanya gua hunian manusia masa lalu yang sarat akan tinggalan arkeologis. Hmm. Selamat datang di Song Terus, selamat untuk terus belajar sejarah.


Seperti diketahui bersama bahwa keberadaan Pacitan sebagai kabupaten tak lepas dari keberdaan sejarah yang panjang. Dan Pacitan pun memiliki nilai histori yang sangat kuat, teruatam ketika diperbincangkan mengenai situs – situs purbakala yang berada disini. Kekayaan Geologi yang dimiliki Pacitan lebih unggul dibanding wilayah lain. Tidak hanya di Indonesia namun juga di Dunia. Bisa dikatakan bahwa saat ini Pacitan sedang menuju Geopark dunia yang diusulkan ke badan dunia UNESCO.

Dan sepertinya predikat ibu kota prasejarah dunia pantas disandang Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebab, kota yang terletak di perbatasan dengan Jawa Tengah ini menyimpan ratusan lokasi situs prasejarah. Tak kurang dari 261 lokasi situs prasejarah. Baik dalam tahapan eksploitasi maupun yang telah disurvei tim arkeologi. Situs-situs tersebut berada di jajaran Gunung Sewu yang tersebar mulai di Kecamatan Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung hingga Kecamatan Tulakan.

Seperti diketahui bahwa gunung Sewu secara geologis dan geografis terpisah dari wilayah Pulau Jawa lainnya. Iklimnya kering. Relief bukit kapur, gua dan gua payung banyak terdapat di daerah ini. Cukup ideal sebagai tempat tinggal bagi manusia purba. Pun ada banyak jenis bebatuan sileks lokal bermutu sebagai bahan baku pembuatan peralatan dan senjata.

Salah satu tempat wisata di pacitan yang meninggalkan bukti – bukti prasejarah, selain song terus adalah museum Buwono Keling. Museum ini terletak di Dusun Krajan Kulon, Desa Mantren, Punung Pacitan.

Menurut jenis koleksinya museum ini digolongkan ke dalam museum Arkeologi. Museum ini dibangun pada tahun 1996 dan difungsikan pada tahun yang sama. Bangunan ini dibuat satu lantai dengan luas bangunan 20 m x 50 m. Koleksi yang berada didalammuseum sendiri cukup banyak, yaitu sekitar 3.896 koleksi.

Dan sesuai dengan tema museumnya, yakni penyimpanan aneka benda prasejarah, museum buwono keeling adalah tempat menyimpan benda – benda manusia purba. Dan seperti diketahui bahwa manusia purba dari Sangiran dan Trinil memanfaatkan Pacitan sebagai bengkel peralatan, dan kesemua peninggalan pra sejarah itu bisa dilihat diMuseum Buwono Keling, yang sayangnya sangat minim pengunjung dari wisata pendidikannya.


Akhir – akhir ini terjadi keprihatinan yang sangat mendalam di dunia kependidikan kita, khususnya beberapa kasus yang terjadi di Pacitan terkait dunia pendidikan kita. Pendidikan kita seakan tercoreng dengan beberapa kasus pornografi yang terjadi di Pacitan. Setelah beberapa waktu lalu masyarakat dihebohkan dengan kasus pemerkosaan di Desa kasihan, Kecamatan tegalombo, kini muncul kasus jenis serupa, yaitu kasus pornografi, tetapi berbeda bentuk. Yaitu kasus penyebaran video porno yang pelakunya adalah ternyata seorang siswi di SMK Negeri Pacitan. Menurut informasi yang beredar di kalangan pelajar dan guru SMK, foto syur yang memperlihatkan sosok tubuh pelajar kelas II yang bernama Nin tersebut dikirim dua kali, yakni diunggah melalui email sekolah Nin serta dikirim melalui fasilitas MMS ke ponsel salah satuguru.

Dengan adanya kasus asusila tersebut, pihak sekolah marah besar dan langsung menggelar sidang darurat membahas foto salah satu pelajarnya yang beredar di internet dan dari ponsel ke ponsel. Kini, kasus tersebut tengah ditangani polisi. Tersangka penyebarluasan video porno, Yud bahkan telah ditahan di Mapolres Pacitan sejak Sabtu menyusul laporan dari pihak keluarga korban. Karena itu, pihak polisi saat ini tengah berupaya menjerat tersangka Yud dengan pasal berlapis, yakni dengan pasal 285 KUHP, UU pornografi, dan UU IT (informasi teknologi).

Mencuatnya kasus terbaru tentang pornografi tersebut seakan mengingatkan kita terhadap kasus – kasus sebelumnya di Pacitan, sehingga hal ini menimbulkan keprhatinan mendalam bagi masayarakat Pacitan dan dunia pendidikan secara umum. Dari kasus – kasus tersebut, ada satu kesamaan yang barangkali bis amenjadi titik temu penyebab maraknya kasus pornografi di dunia pendidikan kita. Dalam terjadinya kasus tersbut, penggunaan IT lah yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kalau pada kasus pertama di Tegalombo, para pelaku pemerkosaan terpengaruh video porno dari Hand Phone temannya, maka untuk kasus yang kedua ini sama – sama menggunakan teknologi HP untuk menyebarluaskan video bugil dari siswi SMK Negeri Pacitan tersebut.

Barangkali akses teknologi didunia pendidikan kita terlalu bebas dan besar sehingga hal ini memudahkan bagi para pelaku kejahatan pornografi semacam itu lebih mudah untuk mengakses semua media pornografi. Selain itufaktor control dari pihak penyelenggara pendidikan juga menjadi faktor berikutnya, dan bisa dikatakan bahwa kontrol dari pihak sekolah terhadap akses teknologi siswanya sangat kurang, bahkan hanya terkesan formalitas saja. Kemudianfaktor yang ketiga bisa ditebak dari proses penjagaan dari orang tua siswa. Beberapa data menyebutkan bahwa para orang tua lebih sering sibuk mengurusi pekerjaannya masing – masing daripada mengontrol pola pendidikan dan interaksi anak – anaknya.

Kerjasama dari semua pihak sangat penting ketika memang benar – benar ingin menyelesaikan kasus yang marak terjadi di Pacitan itu. Dari personal, dari keluarga, penyelenggara pendidikan, dan semua pihak terkait, sehingga ketika sudah ada sinergi dan komitmen untuk menghapus kasus pornografi bisa segera terwujud, dan tidak ada lagi kasus serupa terulang di Pacitan.


Salah satu obyek wisata yang bisa juga menjadi referensi wisata anda di Pacitan adalah Goa Tabuhan. Sebuah goa yang menawarkan pesonanya yang khas. Goa Tabuhan ini terletak di pedesaan di pedalaman Pacitan, tepatnya Desa wareng Kecamatan Punung, Pacitan. Jarak tempuh dari pusat kota menuju obyek wisata ini adalah 40 Km ke arah barat.

Pada awalnya, Goa ini mulai ramai dikunjungi orang sejak 1998, dan nama awalnya bernama Goa Tapan tetapi pada akhirnya berubah menjadi Goa Tabuhan karena kerap dipakai oleh penduduk sebagai tradisi kesenian dengan cara memukul batu – batuan yang menggantung di atap Goa. Seperti halnya obyek wisata lainnya, Goa Tabuhan juga mempunyai cerita sejarah keberadaannya. Menurut cerita masyarakat sekitar Goa, Goa Tabuhan ini ditemukan oleh Kyai Santiko yang pada waktu itu kehilangan sapi, dan akhirnya si sapi ditemukan di Goa. Setelah menemukan Goa ini, kemudian dibersihkan semak belukarnya, goa ini diambil oleh Raden Bagus Joko Lelono dan puteri Raden Ayu Mardilah.

Goa Tabuhan ini berlokasi di bukit kapur Tapan dan memiliki langit-langit penuh akar batu yang bergelantungan. Oleh para ahli goa, proses pembentukan stalagtit dan stalagmit ini diyakini sudah berlangsung beratus tahun lalu, karena adanya reaksi kimia antara hujan dan mineral kapur. Dengan panjang rata-rata hingga tujuh meter dan diameter hingga satu meter, stalagtit dan stalagmit di goa ini tampak menyerupai pilar-pilar raksasa yang sangat menakjubkan.

Yang menjadikan Goa ini unik adalah bunyi – bunyian yang bisa dihasilkan dari batu stalagmite diatas sehingga akan menimbulkan nada – nada musik yang merdu apabila dipadukan dengan gamelan. Dan pengunjung dapat menikmati penampilan para musisi menabuh stalaktit dan stalagmit goa menjadi alunan musik khas Jawa. Para sinden dan waranggono itu begitu piawai memainkan alat music alam yang dihasilkan dari batu stalagmite dan stalagtit, dan inilah salah satu keunggulan Goa Tabuhan selain keindahan alamnya.

Ketika anda akan berkunjung ke Goa ini, jangan khawatir karena akses jalan menuju Goa Tabuhan tergolong mulus beraspal dan nyaris tanpa hambatan sehingga perjalanan terasa nyaman sambil menikmati suasana pedesaan di daeah Punung yang asri. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp. 4000/orang, anda pun bisa masuk ke kompleks Goa. Suasana di dalam goa relatif sejuk. Agar perjalanan anda tidak terganggu, anda bisa memanfaatkan senter sebagai penerang jalan anda masuk Goa.

Setelah anda memasuki Goa, pemandangan stalagmite dan stalagtit yang seperti ukiran akan menemani perjalanan anda, dan menurut sumber masyarakat setempat, salah satu bagian didalam Goa di yakini sebagai tempat bertapa oleh Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya. Ini dapat dilihat dari adanya sebuah ruangan kecil yang di ujung goa yang diyakini dipakai sebagai tempat bertapa.

Setelah puas menikmati keindahan panorama Goa, anda juga bisa menikmati keunikan Goa ini yang lainnya, yaitu menikmati konser musik jawa dengan batu Goa sebagai alat musiknya. Cukup dengan biaya 70.000,00 anda bisa menikmati pesona simphoni musik yang dihasilkan dari batuan Goa. Akhirnya selamat datang di Goa ‘MusikJawa’ Pacitan, Goa Tabuhan.


Selain begitu menjamurnya obyek wisata Pacitan, Kabupaten yang satu ini juga memiliki eksotisme alam yang sangat menarik dan nenantang untuk dikunjungi. Salah satu tempat yang membuat penasaran banyak orang ini adalah Luweng Jaran. Luweng Jaran adalah sebuah terowongan yang bisa dijadikan tempat ekspedisi para pecinta alam maupun untuk tujuan wisata anda. Luweng Jaran merupakan gua terpanjang di Indonesia, data terakhir yg masuk pada daftar gua terpanjang di dunia. Namun, walaupun Luweng Jaran ini adalah salah satu tempat ekspedisi, keberadaannya masih dieruntukkan hanya untuk orang – orang yang sudah memiliki keahlian khusus dalam ekspedisi alam, dan tidak untuk umum. Ini disebabkan karena lokasinya yang sangat sulit ditempuh dan membahayakan, sehingga butuh keahlian khusus untuk mampu masuk kedalam Luweng Jaran ini.

Luweng Jaran yang terdaftar pada tahun 2002 mempunyai panjang total mencapai 24 km. Lokasi Luweng Jaran ini adalah terletak di desa Jlubang, Kecamatan Punung, Pacitan, Jawa Timur, atau sekitar 30 Km dari Pusat kota Pacitan. Luweng Jaran pada awalnya ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat, dan akhirnya di eksplorasi pertama kali oleh tim Ekspedisi Gabungan Anglo – Australian, yg didampingi oleh Penelusur Gua dariIndonesia pada tahun 1984. Pada saat itu hasil pemetaan mencapai 11 km, kemudian ekspedisi dilanjutkan setiap 2 tahun sekali. Pada tahun 1992 kembali ekspedisi dapat menggabungkan Luweng Jaran dengan Luweng Punung Plente, sehingga panjang total mencapai 19 km. Luweng ini sangat berbahaya pada musim hujan, karena merupakan Swallow Hole atau tempat menghilangnya sungai permukaan ke dalam gua. Cukup banyak penelusur gua yg terjebak banjir di gua ini.

Untuk menelusuri gua ini diperlukan peralatan vertikal, dengan rincian sumuran pertama mempunyai kedalaman 12 meter, sampai ke teras pertama mempunyai jarak sekitar 25 meter sebelum mencapai sumuran kedua dengan kedalaman 25 meter. Lalu kemudian setelah sumuran kedua, terdapat lorong yang sangat besar, mulai disini medan dapat ditempuh tanpa peralatan vertikal. Luweng Jaran dapat disebut sebagai gua labirin, karena lorongnya bercabang-cabang dan bertingkat. Ketika anda berminat dan teratrik untuk berekspedisi di Luweng jaran ini, maka disarankan untuk membawa peta gua atau meninggalkan marker supaya tidak tersesat dalam kegiatan penelusuran di gua ini.